co-founder Total Politik, Budi Adiputro, yang kemudian disampaikan kepada Eriko.
Eriko menjabarkan, Budi bertanya mengapa PDIP tidak mengusung Megawati di Pemilu 2024. Ia lantas memberi contoh Lula da Silva yang kembali menjadi Presiden Brasil di usianya yang tak lagi muda. Selain itu, ada Anwar Ibrahim yang menjadi PM Malaysia.
“Mereka sampaikan bahwa Lula da Silva di Brasil muncul lagi jadi capres dan menang. Kemudian ada Anwar Ibrahim di usia yang tidak muda. Banyak Presiden, China Xi Jinping. Mereka lihat kenapa gak yang Ketum dan pengalaman. Ini pendapat mereka. Kalau Pak Jokowi gak mungkin, kenapa tidak Bu Mega,” kata Eriko kepada wartawan di Jakarta, Minggu (8/1).
Eriko mengatakan, usulan itu bisa diterima dan cukup beralasan. Ia pun menyebut akan menyampaikan usulan ini kepada Megawati.
“Ini usulan yang masuk akal, saya nanti harus sampaikan ke slot deposit pulsa Bu Ketum karena bukan kewenangan kami. Kami hanya boleh sampaikan usulan dan yang menarik ini dari anak muda,” kata Eriko.
“Kemarin saya sampaikan ke Mas Budi dan lain-lain, ini dikaji dulu supaya data sahih untuk disampaikan ke Bu Ketum. Itu hasil diskusi. Saya belum ketemu tapi bila nanti bertemu, Pak Sekjen (Hasto Kristiyanto) juga nanti saya akan sampaikan usulan ini. Konstitusi (partai) pada Kongres dan AD/ART serahkan semua ke Bu Mega,” tambah dia.
Capres PDIP Kewenangan Penuh Megawati
Eriko menegaskan, Kongres PDIP telah menyepakati masalah pencapresan merupakan kewenangan penuh Megawati. Ia memastikan, seluruh kader PDIP akan mematuhi dan menjalankan apa yang disampaikan Megawati.
“Dari kongres pertama hingga kongres kelima menyerahkan sepenuhnya kepada Ibu Megawati, hak prerogatif untuk menentukan calon presiden apakah beliau sendiri apakah juga yang lain itu hak sepenuhnya hak dari Ketua Umum Megawati,” ucap Eriko.
“Usulan-usulan itu kami sendiri baru mendapatkannya kemarin perlu dikaji dan menarik dan ini juga yang menjadi diskusi banyak pihak hari ini,” tutur dia.