Jelas saja hal ini menggemparkan publik. Ucapan belasungkawa untuk pelantun “In The End” ini menjadi Trending Topic di twitter. Tak hanya itu, banyak warganet yang berbicara mengenai depresi yang dialami oleh Chester Bennington. Sebagai penggemar lantas berfikir bahwa kejadian-kejadian pahit ini memiliki dampak langsung atas kesehatan mental Chester Bennington.

Chester Bennington mengakui bahwamasa kecilnya adalah saat-saat yang pahit untuknya. Karena orangtua bercerai saat Chester berusia 11 tahun, dan sejak itu ia slot gacor diasuh oleh ayahnya. Dalam wawancara pada tahun 2008, ia mengakui bahwa saat itu ia merasa diabaikan oleh keluarganya. “Saat itu adalah masa-masa yang sulit. Aku benci semua anggota keluaragaku. Aku merasa diabaikan oleh ibuku. Kondisi mental ayahku kurang stabil saat itu. Dan tak ada orang yang bisa kuajak bicara saat itu, setidaknya itu yang kurasakan dalam pikiran masa kecilku.” Tutur Chester Bennington kala itu.

Chester Bennington mengatakan kala itu ia tak ingin menceritakan hal ini pada siapa pun, termasuk pada ayahnya yang merupakan seorang petugas kepolisian. “Seperti kebanyakan orang, aku terlalu takut untuk mengatakan segalanya. Aku saat itu tak mau orang berpikir aku gay, atau sedang berbohong. Ini adalah pengalaman yang sangat mengerikan,” kata Chester.

Tahun 2006, Chester mengatakan bahwa ia berada di dua pilihan, antara berhenti mengonsumsi barang-barang berbahaya itu atau mati. Rekan-rekannya di Linkin Park yang khawatir pun mendampinginya dalam konseling. Mike Shinoda dkk membuka mata Chester mengenai perilakunya ini.

“Aku tak menyadari bahwa aku menjadi mimpi buruk bagi mereka. Aku sadar aku punya masalah dalam minum-minum dan narkoba. Ini adalah masalah pribadiku, tapi aku baru menyadari bahwa hal ini begitu mempengaruhi orang-orang di sekelilingku,” katanya.

Perannya sebagai penulis lirik di Linkin Park, membuat Chester kerap menuangkan perasaannya ini ke dalam lagu-lagunya. Salah satunnya dalam lagu “Heavy” yang dirilis di album terbaru Linkin Park, One More Light.

“Saat aku membuka lagu ini dengan kalimat ‘Aku tak suka dengan pikiranku saat ini’, itu benar-benar nyata,” kata dia. Chester mengatakan bahwa pikirannya menjadi tempat yang berbahaya baginya. Karena itu ia selalu berusaha untuk menjaga kewarasan pikirannya dengan terus membuka diri.

“Bila hal ini dilakukan, maka pikiranku akan menjadi lingkungan yang menyenangkan. Namun hal ini bisa berubah menjadi sangat buruk dalam waktu singkat,” kata Chester Bennington.

Dalam pemakaman Chris Cornell, ia juga menyanyikan lagu “Hallelujah”. Bahkan peristiwa bunuh dirinya pun setelah kematian Chris Cornell, Chester Bennington sempat merilis sebuah surat terbuka di media sosialnya, yang berisi tentang dukacita dan rasa cintanya untuk Chris Cornell.

Setelah kematian Chris Cornell, Chester Bennington sempat merilis sebuah surat terbuka di media sosialnya, yang berisi tentang dukacita dan rasa cintanya untuk Chris Cornell.

“Anda telah mengilhami saya dalam banyak hal yang tidak akan pernah Anda ketahui. Bakatmu murni dan tak tertandingi. Suara Anda adalah sukacita dan rasa sakit, kemarahan dan pengampunan, cinta dan sakit hati, yang terbungkus menjadi satu. Saya rasa itulah kita semua. Anda membantu saya mengerti itu,” tutur Chester Bennington.

Ternyata bukan sekali ini saja Chester Bennington berniat bunuh diri. Dalam sebuah wawancara tahun 2009, Chester mengatakan ia sempat ingin mengakhiri hidupnya setelah bercerai dengan Samantha Marie Olit di tahun 2005.

Mereka bercerai saat karier Chester dan Linkin Park mulai menanjak. Vokalis band rock Linkin Park, Chester Bennington

“Berpisah dengan istriku itu bagian yang mudah. Yang sulit saat itu adalah kehilangan semua uangku dan harus memulai hidup yang baru dan harus membayar orang yang tak ingin kutemui,” kata dia.

“Aku ingin membunuh diriku sendiri. Aku bisa saja tak duduk di sini sekarang. Aku bisa saja sudah mati. Ini adalah satu hal yang sangat, sangat mengerikan,” kata Chester Bennington saat itu.